Ibuku hanya punya satu mata, aku benci dia… dia begitu memalukanku.
Dia memasak untuk murid dan guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku.
Suatu hari saat aku di sekolah dasar, ibu mendatangiku dan mengucap
salam padaku, aku begitu malu saat itu, bagaimana dia bisa melakukan itu
padaku di depan teman-temanku?! Aku abaikan dia dan melemparkan
pandangan benci padanya sambil berlari. Esok harinya, salah seorang
teman kelasku mengejekku dengan mengatakan ” Eeee, ibumu hanya punya
satu mata…! ” Aku malu sekali dan ingin mati rasanya, aku juga ingin
ibuku pergi dari kehidupanku. Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan
kukatakan padanya kalau ibu hanya jadi sumber bahan tertawaaan
teman-temanku, mengapa ibu tak mati saja! Ibu tak menjawab …!!!
Ibuku hanya punya satu mata, aku benci dia… dia begitu memalukanku.
Dia memasak untuk murid dan guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku.
Suatu hari saat aku di sekolah dasar, ibu mendatangiku dan mengucap
salam padaku, aku begitu malu saat itu, bagaimana dia bisa melakukan itu
padaku di depan teman-temanku?! Aku abaikan dia dan melemparkan
pandangan benci padanya sambil berlari. Esok harinya, salah seorang
teman kelasku mengejekku dengan mengatakan ” Eeee, ibumu hanya punya
satu mata…! ” Aku malu sekali dan ingin mati rasanya, aku juga ingin
ibuku pergi dari kehidupanku. Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan
kukatakan padanya kalau ibu hanya jadi sumber bahan tertawaaan
teman-temanku, mengapa ibu tak mati saja ! Ibu tak menjawab … !!!
Aku sama sekali tak mau berpikir tentang apa yang kukatakan , karena
aku sangat marah padanya, aku tak perdulikan apapun perasaan dia, aku
ingin keluar dari rumah itu … !! jadi aku belajar dengan keras agar aku
mendapat kesempatan belajar di luar negeri, kemudian aku menikah, ku
beli rumah. Aku punya anak dan aku hidup bahagia.
Suatu waktu ibu mengunjungiku. Dia bertahun-tahun tak melihatku dan
bahkan belum pernah bertemu cucu-cucunya. Ketika ibu berdiri di depan
pintu, anak-anakku mentertawakannya. Aku berteriak padanya ” Betapa
beraninya kamu datang kerumahku, dan menakut-nakuti anakku. PERGI DARI
SINI SEKARANG !! ” Ibuku menjawab perlahan ” Maaf… saya salah alamat “.
Suatu waktu, ada undangan reuni di kirimkan ke rumahku, jadi aku
berbohong pada istriku, ku katakan bahwa aku ada tugas ke luar kota.
Usai reuni, aku mampir kekampungku untuk sekedar rasa ingin tahu. Salah
seorang tetanggaku mengatakan bahwa ibuku telah meninggal dunia. Aku tak
terharu atau meneteskan air mata … ! Tetanggaku itu menyerahkan sepucuk
surat dari ibu untukku.
“Anakku tersayang, aku memikirkanmu setiap waktu. Maafkan aku datang
ke rumahmu dan membuat takut anak-anakmu. Aku sangat gembira ketika ku
dengar kau akan datang ke reuni, tapi sayangnya aku tak bisa bangkit
dari tempat tidur untuk melihatmu. Maafkan aku yang membuat malu saat
kita masih bersama. Ketahuilah anakku…. ketika kau masih kecil, kau
mengalami kecelakaan yang membuatmu kehilangan matamu. Sebagai ibu, aku
tak bisa berdiam diri membiarkanmu tumbuh dengan satu mata saja, jadi
aku berikan satu mataku padamu. Aku sangat bangga pada anakku yang telah
memperlihatkanku dunia baru untukku di tempatku, dengan mata itu.
Bersama Cintaku …. Ibumu …..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar